Sabtu, 09 Mei 2009

KELASKU SURGAKU

“The best lesson plans in the world won’t succeed if student misbehavior hamstrings and educator’s attempts to teach. Good classroom management practices are vital to creating an environment where students can learn.” Dave Foley

Rumahku adalah surgaku. Pernah dengar, ‘kelasku adalah surgaku’? Jika Anda sulit mengatur kondisi kelas, siswa selalu ribut, tak terkontrol, pasti Anda mendambakan sekolah seolah surga.

Menarik mencermati kajian Veenman (1984), peneliti Belanda. Beliau merangkum hasil 83penelitian—di Amerika Serikat, Jerman Barat, Inggris, Belanda, Kanada, Austria, Swiss, dan Finlandia-- tentang kesulitan mengajar yang umumnya dialami guru-guru baru (mengajar 3 tahun atau kurang).

Mari simak 3 problem terutama. Apa jadinya jika disiplin kelas tak terkelola baik? Apa pula akibatnya jika siswa tak termotivasi belajar? Apakah kelas kondusif untuk belajar jika perbedaan karakter belajar belum tertangani?

Manajemen Kelas Sangat Penting
Saya terkejut membaca uraian literature berjudul, “The Classroom Checkup : An Assessment/ Intervention Tool for Improving Classroom Management”, karya ilmiah Wendy M. Reinke, Ph. D. (John Hopkins University, Bloomberg School of Public Health). “Classrooms with poor behavior management produce negative student outcomes” , begitu Reinke. 

Lebih ngeri lagi, pernyataan Reinke itu didukung kajian lain, “Poor classsroom management place student at risk of current and future behavior problems” (Aber, Jones, Brown, Chaudry, & Samples, 1998; lalongo, Poduska, Werthamer, & Kellam, 2001; Kellam, Ling, Merisca, Brown & lalongo, 1998). 

Maknanya, ada hal lain yang lebih utama dari problem faktor manajemen kelas. Yaitu, membantu siswa menyerap sikap positif hidup (disiplin, kerja keras, semangat, percaya diri, dsb) untuk kelak di masa depan.

Peraturan Kelas yang Baik
Sudahkah kelas Anda menetapkan aturan? Adakah penghargaan dan konsekuensi bagi Anda atau siswa yang melanggar? Apa isi peraturan kelas itu? 

Seorang teman bercerita, dia merasa sangat lelah mengajar karena seluruh siswanya selalu ribut, malas mengerjakan tugas, suka keluar masuk, sehingga kelas bak pasar. Berbeda dengan rekan lain, dengan bangga ia bercerita nikmatnya demi detik waktu mengajar, siswa aktif, dan selalu minta izin jika mau keluar kelas. Saat diskusi, semua berkelompok tertib. 

Pernahkah Anda membuat aturan kelas begini: “Berlakukan sopan di dalam kelas”. “Jangan ganggu siswa lain yang sedang belajar”. “Jadilah siswa yang bertanggung jawab!”. “Jangan Ribut!”

Nah, mengertikan siswa makna ‘bertanggung jawab’? Soal jangan ribut, seperti apa? Tak boleh bersuara atau bernyanyi?

Coba Anda cek kembali peraturan kelas Anda. Steven G. Little, Ph. D. dan Angeleque Akin - Little, Ph. D. (The University of The Pacific) memberikan acuan membuat aturan yang baik. Dalam kajiannya, “Psychology’s Contribution to Education: Effective Classroom Management” (2004), dinyatakan ada beberapa karakteristik peraturan yang bagus: 

1. Keep the number of rules to a minimum—about five rules for each classroom. 
2. Keep the wording of rules simple— pictures or icons depicting the rules help the understanding of younger students. 
3. Have the rules logically represent the basic expectation for a student’s behavior in the classroom. 
4. Keep the wording positive if possible. Most rules can be stated in a positive manner; some rules cannot. However, the majority of classroom rules should be positive.
5. Make the rules specific. The more ambiguous (i.e. open to several interpretations) the rules are, the more difficult they are to understand. Don’t give any loopholes. 
6. Make the rules describe behavior that is observable. The behavior must be observable so that an unequivocal decision can be made as to whether the rule has been followed.
7. Make sure the rules describe behavior that is measurable. That is, behavior must be able to be counted and quantified in someway for monitoring purposes.
8. Publicly post the rules in a prominent place in the classroom (in the front of the classroom, near the door). The lettering should be large and block printed. 
9. Tie following the rules to consequences. Spell out what happens positively if students follow the rules, and what they lose if they do not follow the rules. 
10. Always include a compliance rule. You get the behavior that are posted in the rules. If you want to improve compliance in the classroom, include a rule such as “Do what your teacher says immediately”. 

Berikut beberapa contoh peraturan kelas yang baik—memenuhi karakteristik minimum, simple, positif-- seperti:
1. Bawalah buku dan pensil ke dalam kelas.
2. Angkat tanganmu, bicaralah jika sudah dipersilakan.
3. Silakan bertanya jika belum paham materi pelajaran. 

Guru, Menegakkan Manajemen Kelas
Chuang-tzu pernah berujar, “Rewards and punishment are the lowest form of education”. Pertanyaan kritisnya adalah, “Bagaimana cara menerapkan kedisiplinan kelas dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen kelas yang baik?”

Simak beberapa hal penting berikut:
Pertama, hati-hati ketika ingin meluruskan masalah kedisiplinan. Prinsip “Gunakan kata-kata terpilih untuk memecahkan masalah ketidakdisiplinan siswa” harus Anda cermati. Pilihlah kata-kata yang memenangkan hati seluruh siswa, agar mereka nyaman diingatkan kelalaiannya berdisiplin 
di kelas.

“Pak Guru tak senang dengan sikap negatif kamu.” Atau, “Ibu tahu kamu anak baik, mengapa bertindak begitu?”, atau kata-kata lain yang mengekspresikan ketidaknyamanan Anda sebagai guru. Berbicara suara nada bicara rendah, niatkan teguran ini semata karena menyayangi.

Kedua, mengetahui hal-hal ‘tabu’ yang sangat ditakuti siswa, dan melindungi mereka. Kita dulu pun malu jika disoraki karena menjawab salah? Keliru besar jika Anda ikut-ikutan ‘menghukum’ siswa yang salah itu, padahal ia sedang berupaya menemukan kepercayaan diri. Tugas utama kita adalah “melestarikan budaya berani salah karena mereka sedang menemukan potensi dirinya”. 

Siswa memiliki hasrat tak ingin terpisah dari teman-teman, bergerak bebas menjelajahi ruang, dan berkelompok. Gunakan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa memenuhi ‘hasrat’ ini, semisal diskusi dan kerja kelompok. 

Ketiga, lakukan ‘closing’ yang sempurna’. Di akhir pembelajaran, pastikan pintu kelas tertutup, siswa fokus, dan Anda siap melontarkan penutup yang mempesona. Review kembali materi, sampaikan informasi penting untuk pertemuan berikut, dan ekspresikan Anda peduli mereka sukses belajar. Tutuplah dengan sulap, puisi, nyanyi, apa saja yang mengesankan. Anda adalah ‘Guru Inspiratif’ bagi mereka.

Keempat, libatkan siswa dalam seluruh ‘waktu akademik’. Buat mereka sibuk dan termotivasi belajar sesuai gaya masing-masing. Suguhkan materi pelajaran sesuai porsi mereka. Begitu mendengar bel sekolah berbunyi, kelas menyambut dengan koor, “Ya, waktunya kok dah abis, gak kerasa ya...” Maka, Anda akan sangat menikmati detik-detik waktu yang bergulir. 

Inilah indikator sederhana bahwa Anda berhasil mengelola kelas. Anda- lah master manajemen kelas yang hebat, mampu meng-orkestrasi. Kelasku adalah surgaku ... TG 

Urutan Rangking Masalah 
1 Classroom Discipline
2 Motivating Students
3 Dealing with Individual Differences
4 Assesing Student’s Work
5 Relation with Parents
6 Organization of Class Work
7 Insufficient Materials and Supplies
8 Dealing with Problems of Individual Students
9 Heavy Teaching Load Resulting in Insufficient Prepatory Time
10 Relations with Colleagues
11 Planning of Lessons and Schooldays
12 Effective Use of Different Teaching Methods
13 Awareness of School Policies and Rules
14 Determining Learning Level of Students
15 Knowledge of Subject Matter
16 Burden of Clerical Work
17 Relations with Principals/Administrators
18 Inadequate School Equipment
19 Dealing with Slow Learners
20 Dealing with Students of Different Cultures and Deprived Backgrounds
21 Effective Use of Textbooks and Curriculum Guides
22 Lack of Spare Time
23 Inadequate Guidance and Support
24 Large Class Size 

_______________
Penulis : Asep Sapa’at
Trainer Pendidikan
Lembaga Pengembangan Insani
Dompet Dhuafa Republika
Http://www.lpi-dd.net

*) Tulisan ini diterbitkan pada Teachers Guide Edisi No. 8 Vol III/2009. 
Dapatkan hard copy di toko-toko Gramedia dan Gunung Agung sekitar Anda. 
Atau hubungi bagian berlangganan Hp/SMS ke 0856 8040 385.

Jumat, 08 Mei 2009

MEMBANGUN KEMANDIRIAN

01 April 2009 

Pada awal masa remajanya, Muhammad saw tidak mempunyai pekerjaan tetap. Hanya saja beberapa riwayat menyebutkan bahwa beliau biasa menggembala kambing di kalangan Bani Sa’ad dan juga di Makkah dengan imbalan uang beberapa dinar. Dalam riwayat yang lain, Rasulullah saw pernah mengatakan, “Aku dulu menggembalakan kambing penduduk Makkah dengan upah beberapa qirath."

Ketika berusia 12 tahun, Muhammad saw diajak pamannya, Abu Thalib, pergi ke Syam dalam suatu kafilah dagang. Pada waktu kafilah di Bashra, mereka melewati seorang pendeta bernama Bahira. Ia adalah seorang pendeta yang banyak mengetahui Injil dan ahli tentang masalah-masalah kenasranian. Kemudian Bahira melihat Muhammad saw, lalu ia mulai mengamati dan mengajak berbicara. Kemudian Bahira menoleh kepada Abu Thalib dan menanyakan kepadanya, “Apa status anak ini di sisimu?” Abu Thalib menjawab, “Anakku.” Bahira bertanya kepadanya, “Dia bukan anakmu. Tidak sepatutnya ayah anak ini masih hidup.” Abu Thalib berkata, “Dia adalah anak saudaraku.” Bahira bertanya, “Apa yang telah dilakukan oleh ayahnya?” Abu Thalib menjawab, “Dia meninggal ketika ibu anak ini mengandungnya.” Bahira berkata, “Anda benar, bawalah dia pulang ke negerinya, dan jagalah dia dari orang-orang Yahudi. Jika mereka melihatnya disini, pasti akan dijahatinya. Sesungguhnya anak saudaramu ini akan memegang perkara besar.” Kemudian Abu Thalib cepat-cepat membawanya kembali ke Makkah.” 

BEBERAPA INSPIRASI

Sehubungan dengan usaha Muhammad saw menggembalakan kambing untuk tujuan mencari rezeki, dan perjalanannya ke Syam memberikan empat inspirasi penting, pertama; Pekerjaan menggembalakan kambing bukanlah pekerjaan para pembesar quraisy (bangsawan) pada masa itu, namun pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan orang kecil (rakyat biasa). Pekerjaan ini membutuhkan perasaan halus yang penuh perhatian, kesabaran, dan percaya diri yang tinggi. 

Muhammad saw bukanlah anak manja, yang menggantungkan hidupnya kepada Abu Thalib (pamannya). Namun begitu ia merasa memiliki kemampuan untuk bekerja, Muhammad saw segera melakukannya sekuat tenaga untuk meringankan sebagian beban nafkah dari pamannya. Barangkali hasil yang diperolehnya tidak begitu banyak dan penting bagi pamannya, tetapi ia merupakan akhlak yang mengungkapkan rasa syukur, kecerdasan watak, dan kebaikan perilaku. 

Inspirasi yang kedua adalah, Allah swt hendak mengajarkan manusia, bahwa harta manusia yang terbaik adalah harta yang diperolehnya dari usaha sendiri, dan imbalan “pelayanan” yang diberikan kepada masyarakat dan saudaranya. Sebaliknya, harta yang terburuk ialah harta yang didapatkan seseorang tanpa bersusah payah atau tanpa imbalan kemanfaatan yang diberikan kepada masyarakat. Allah swt berfirman, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” Q.S. 9 : 105. 

Ketiga, Kisah Muhammad saw yang telah dipersiapkan untuk menjadi wakil Allah swt di dunia, memiliki makna nasihat buat para da’I (juru dakwah), yakni dakwah tidak akan dihargai orang manakala mereka menjadikan dakwah sebagai sumber rezekinya, atau hidup dari mengharapkan pemberian dan sedekah orang lain. Karena itu, para da’I merupakan orang yang paling patut untuk mencari ma’isyah (nafkah) nya melalui usaha sendiri atau sumber mulia yang tidak mengandung unsur minta-minta, agar mereka tidak “berhutang budi” kepada seorangpun yang menghalanginya dari menyatakan kebenaran di hadapan “investor budi.” 

Keempat, Perjalanan Muhammad saw ke Syam dalam usia 12 tahun, memberikan inspirasi kepada umat manusia untuk belajar tentang kewirausahaan (entrepreneurship) sejak dini. Langkah yang dilakukan Muhammad saw ini akan menjadi cikal bakal dirinya menjadi seorang pengusaha sukses. Dan yang menarik adalah perginya Muhammad saw bersama kafilah dagang ke Syam bukan atas dasar perintah dari Pamannya, namun atas permintaan sendiri. Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Ishak, “Abu Thalib ikut pergi ke Syam bersama rombongan pedagang Quraisy. Ketika ia telah siap berangkat, Muhammad saw meminta ikut pergi.”. Permintaan Muhammad saw ini, menunjukkan bahwa dirinya memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi pengusaha sukses. Mungkin Anda pernah mendengar sebuah ungkapan bahwa, “Jika Anda ingin menjadi seorang pengusaha sukses, maka berkumpullah dengan komunitas para pengusaha.” 

Kewirausahaan (entreprneurship) tidak terjadi begitu saja tetapi hasil dari suatu proses yang panjang dan dimulai sejak Muhammad saw masih kecil. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Collin dan Moores (1964) dan Zaleznik (1976) yang mengatakan bahwa, “The act of entrepreneurship is an act patterned after modes of coping with early childhood experience.” Pendapat ini diamini oleh kebanyakan guru leadership yang sepakat bahwa apa yang terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan kita akan membuat perbedaan yang berarti dalam periode kehidupan berikutnya. 

Dwi Sunu W Februanto, Kepala Pusat Kurikulum untuk Pendidikan Kewirausahaan Yayasan Ciputra Entrepreneurship Surabaya, mengatakan; banyak hal positif yang dapat dipelajari dari karakter dan keahlian wirausahawan. Misalnya, keberanian mengambil risiko, strategi mengatasi masalah, kemampuan berkomunikasi, cara mengubah ide menjadi sebuah rencana, serta cara menangkap dan mengelola peluang. “Karakter dan keahlian seperti itu sangat penting untuk dipelajari dan diaplikasikan di semua bidang di era sekarang. Dan inilah yang dilakukan Muhammad saw di usianya yang masih remaja, yang pada akhirnya dapat membentuk Muhammad saw menjadi Pribadi Mandiri. 
 http://trustco.or.id/09apr-Membangun-Abduh.htm

BERPIKIR BISA

Apakah yang dimaksud dengan berpikir bisa ? 
 Sebuah keluarga yang berpenghasilan rendah, menyusun rencana untuk dapat menye- 
  kolahkan anaknya ke universitas. Ini adalah berpikir bisa !
 
Sebuah keluarga mengubah rumahnya yang paling tidak menarik di ujung jalan menjadi 
  rumah yang menarik. Inilah berpikir bisa !
 
Seorang ulama mengembangkan suatu rencana untuk melipatgandakan jumlah jama'ah 
  majelis ta'limnya. Inilah berpikir bisa ! 
 
Seorang guru berpikir untuk membuat suasana kelasnya lain dari yang lain agar para
  
muridnya betah, inilah berpikir bisa ! 
Berpikir bisa berarti yakin dan berusaha untuk menemukan cara-cara baru yang lebih baik untuk mengerjakan apa saja . 
 

Sekarang mari kita lihat apa yang dapat kita lakukan untuk mengembangkan dan menguatkan kemampuan kita dalam berpikir bisa. 

Langkahnya adalah : 

Percaya bahwa sesuatu dapat dilakukan. 

Inilah prinsipnya : Untuk melakukan apapun, kita harus lebih dahulu percaya bahwa hal itu dapat dilakukan. Percaya bahwa sesuatu itu dapat dilakukan membuat pikiran bergerak untuk mencari cara untuk melaksanakannya. 

Jika Anda percaya , pikiran Anda mencari jalan untuk melaksanakannya 
Eksperimen ini mempunyai satu maksud : Jika Anda percaya sesuatu itu tidak mungkin, pikiran Anda akan bekerja bagi Anda untuk membuktikan mengapa hal itu tidak mungkin. Akan tetapi jika Anda percaya, benar-benar percaya, sesuatu dapat dilakukan, pikiran Anda akan bekerja bagi Anda dan membantu Anda mencari jalan untuk melaksanakannya. 

Percaya sesuatu dapat dilakukan melicinkan jalan untuk solusi yang kreatif . Percaya sesuatu tidak dapat dilakukan adalah cara berpikir yang destruktif. Hal ini berlaku pada semua situasi, besar dan kecil. Kepercayaan menghasilkan kekuatan bisa. Ketidak percayaan menjadi rem bagi berpikir bisa. Percayalah dan andapun akan mulai berpikir secara konstruktif. Pikiran Anda akan menciptakan jalan jika Anda mengizinkannya.

Dimana ada kemauan disitu ada jalan
Percayalah sesuatu itu dapat dilakukan. 

Inilah dasar bagi berpikir bisa. Di bawah ini adalah dua saran untuk membantu Anda mengembangkan kekuatan pikiran melalui kepercayaan : 

1. Hapuskan kata tidak mungkin baik dari pikiran Anda maupun dari kosakata Anda. Tidak mungkin adalah kata kegagalan. Pikiran �Ini tidak mungkin dilakukan � memulai reaksi berantai dari jejeran pikiran yang mendukung bahwa memang itu tidak mungkin dan membenarkan pikiran Anda. 

2. Pikirkan sesuatu yang istimewa yang selama ini ingin Anda lakukan, tetapi Anda rasa Anda tidak dapat melakukannya. Sekarang berpikirlah bahwa : Anda bisa melakukannya ! , dan buatlah sebuah daftar alasan mengapa Anda dapat melakukannya. Banyak dari kita mengalahkan dan menaklukkan keinginan kita hanya karena kita berkonsentrasi pada mencari alasan kenapa kita tak dapat melakukannya, sementara satu-satunya hal yang layak untuk kita berkonsentrasi adalah mencari alasan bagaimana kita dapat melakukannya ! 

Berpikirlah ke depan lebih baik

Pikiran pemikir tradisional menjadi lumpuh. Ia bernalar, �Keadaannya sudah begini selama ratusan tahun, jadi keadaan ini pasti baik dan harus tetap begini. Mengapa mengambil resiko dengan mengubahnya ?� 

�Rata-rata� orang selalu menolak kemajuan. Banyak orang menentang mobil yang pertama atas dasar pikiran Tuhan menciptakan kita untuk berjalan di atas kaki kita atau dengan menggunakan kuda. Apalagi saat pesawat terbang pertama mengudara, banyak aturan kekangan baru yang dibuat-buat misalnya bahwa manusia tidak berhak memasuki bidang wewenang yang dikhususkan untuk burung.

Jika setiap orang berpikiran bahwa hanya ada satu cara terbaik untuk melakukan suatu pekerjaan dan setelah itu jangan pernah menyimpang dari cara tersebut, maka dapat dibayangkan kejumudan yang segera akan merajalela dan amat membosankan. 

Sebenarnya, tidak ada satu cara terbaik untuk mengerjakan apapun. Tidak ada satu cara terbaik untuk menarik minat murid akan pelajaran, atau untuk tetap menjaga motivasi karyawan, atau untuk mendidik anak atau bahkan menata taman dan dekorasi ruangan. 

Ada banyak cara terbaik sebanyak adanya pikiran yang bisa 

Tidak ada yang bertumbuh di dalam es

Jika kita membiarkan tradisi membekukan pikiran kita, gagasan baru tidak dapat tumbuh. Cara berpikir tradisional adalah musuh bagi mereka yang tertarik pada program pengembangan pribadi kreatif. Cara berpikir tradisional akan membekukan pikiran Anda, menghambat kemajuan Anda dan mencegah kekuatan kreatif Anda. 

Berikut ini adalah tiga cara untuk memeranginya : 

1. Jadilah orang yang bersedia menerima gagasan . Sambut baik gagasan. Hancurkan pikiran penghalang seperti � Ini tidak akan berhasil �, � Tidak dapat dikerjakan �, � Ini tidak ada gunanya �. 

2. Jadilah orang yang suka bereksperimen . Dobraklah rutinitas yang tetap. Pergilah melalui rute yang berbeda ke tempat kerja Anda, kunjungi toko-toko buku baru, bacalah buku-buku baru, dapatkan teman-teman baru, ambillah kursus keterampilan baru yang belum Anda kuasai. 

3. Jadilah progresif ( berpikir ke depan ) bukan regresif ( berpikir ke belakang ). Bukan � Itulah cara kami biasa melakukannya, maka kami harus mengerjakannya dengan cara itu�, melainkan ´Bagaimana kami dapat mengerjakannya lebih baik daripada cara kerja yang biasa saya lakukan ?� 

Bayangkan apa yang akan terjadi misalnya pada Ford Motor Company jika manajemennya membiarkan diri berpikir, � Tahun ini kita sudah mengembangkan mobil paling sempurna. Perbaikan lebih lanjut tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, semua kegiatan rekayasa & desain eksperimental dengan ini diakhiri secara permanen .� 

Tidak peduli betatapun besarnya, perusahaan tersebut akan susut dengan cepat jika bersikap demikian ! 

Orang yang sukses seperti halnya perusahaan yang sukses selalu bertanya : 

� Bagaimana saya dapat meningkatkan kualitas prestasi saya ? Bagaimana saya dapat bekerja lebih baik ?� 

Kesempurnaan absolut didalam semua pengembangan riset manusia belum akan tercapai. Ini berarti tersedia begitu banyak peluang yang tak ada habisnya untuk perbaikan. Orang sukses mengetahui hal ini dan mereka selalu mencari cara yang lebih baik. Mereka tidak bertanya � Dapatkah saya mengerjakannya dengan lebih baik?� Ia tahu bahwa ia dapat, jadi ia menyusun pertanyaannya, � Bagaimana saya dapat mengerjakannya dengan lebih baik ?�. 

General Electric menggunakan slogan : Kemajuan adalah produk kami yang paling penting . Garuda Indonesian Airways menggunakan slogan : Kini lebih baik . Mengapa Anda tidak menjadikan kemajuan sebagai produk Anda yang paling penting ? 

Merawat gagasan. 

Gagasan adalah buah dari cara berpikir Anda. Dan gagasan harus digunakan dan dipraktekkan agar memiliki nilai. Gagasan adalah seperti bayi yang baru kita lahirkan, masih amat lemah untuk dapat bertahan hidup tanpa bantuan sekelilingnya. Gagasan memerlukan penanganan khusus sejak dilahirkan hingga diubah menjadi cara-cara praktis mengerjakan sesuatu dengan lebih baik. 

Gunakan tiga cara ini untuk memelihara dan mengambangkan gagasan Anda : 

1. Jangan biarkan gagasan lepas . Tuliskan gagasan tersebut . Setiap hari banyak sekali gagsan yang dilahirkan hanya untuk mati dengan cepat karena tidak dituangkan ke atas kertas. Ingatan adalah pesuruh yang lemah dalam melindungi dan memelihara gagasan yang masih sangat baru. Bawa swelalu buku catatan atau beberapa kartu kecil bersama Anda, dan tuliskanlah dengan segera setiap gagasan yang timbul. 

2. Berikutnya, tinjaulah gagasan Anda . Tempatkan gagasan di dalam arsip aktif dan periksa gudang gagasan Anda secara teratur. Sementara Anda memeriksa gagasan Anda, sebagian mungkin tidak mempunyai nilai sama sekali. Singkirkan gagasan tersebut, akan tetapi selama suatu gagasan memiliki harapan, simpanlah terus. 

3. Tanam dan pupuk gagasan Anda. Buatlah gagasan bertumbuh, pikirkan gagasan tersebut, kaitkan derngan gagasan lain yang masih berhubungan. Carilah informasi sebanyak mungkin yang berkaitan dengan gagasan Anda, dan jika saatnya tiba, buat gagasan itu bekerja untuk diri Anda, pekerjaan Anda dan masa depan Anda. Maka jadilah Ibu yang baik untuk gagasan Anda . 

Catatan : Jangan biarkan gagasan hanya berada dalam benak atau arsip Anda saja. �Juallah� gagasan itu kepada orang lain ; teman Anda, karyawan, bos Anda, ataupun investor. Seseorang harus �membeli� gagasan tersebut agar gagasan itu menjadi bernilai dan nyata.Dan sekali lagi, jadikan perbaikan terus menerus dan kemajuan sebagai produk Anda yang paling terdepan. Sukses menanti Anda ! 

http://trustco.or.id/berpikir%20bisa.htm

Senin, 04 Mei 2009

Penuh Emosi

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pendidikan sekarang ini sudah menjadi bagian dari diriku, sejak aku memutuskan kuliah dan memilih jurusan pendidikan matematika. Menghadapi siswa diruang kelas kuhadapi pertama kali ketika PPL di SMP N 1M tjg Morawa. Seperti latihan bagi para mahasiswa yang akan terjun menjadi seorang guru disini aku dan teman-temanku dihadapkan pada berbagaimacam karakteristik anak yang berbeda-beda ditiapkelas dan kami dalam tahap belajar bahwa kemungkinan siswa-siswa yang akan kami hadapi nanti kurang lebih hampir sama dengan yang kami hadapi di SMP 1 ini. Hal yang sangat aneh terjadi padaku, ntah ini memang sifat asliku ayau bukan sebenarnya aku tidak suka caraku ini. Bisa dibilang cara ini adalah cara terakhir yang ada dibenakku agar siswa-siswa ini tidak ribut dan konsentrasi kepada pelajaran. Cara yang kupilih dengan memasang wajah jutek mata melotot dan dengan tensi tinggi. Penuh emosi deh pokoknya, jadi guru super galak. Padahal dulu- dulu aku gak pengen kalo nantinya aku jadi guru yang galak. Tapi memang jadi guru itu gak mudah, banyak tuntutan dan harus sesuai dengan tuntunan. Subhanallah, Kalau nginget guru-guruku yang super sabar menghadapi siswa yang dah tulalit dah itu gak merhatiin kalau dijelaskan. 

Aku benar-benar harus belajar mengendalikan emosi. Sebab apa jadinya kalau mendidik dengan amarah, bukannya tujuan tercapai ehh malah kesyut video handphone para siswa  dan akhirnya masuk tivi dan ditangkap polisi. Wah betapa menyedihkan nasib guru. Kalau, dilihat gaji tidak seberapa tapi banyak banget tantangannya.

Aksi marah-marahku ini ternyata belum bisa kuhilangkan, yang paling menyedihkan aku pernah melempari anak murid dengan penghapus, spidol dan ntah apalagi. Alhamdulillah Allah masih melindungi aku dan anak itu. Tidak ada anak yang terluka akibat aksi lemparku itu.  Sekarang aku jadi tahu kenapa dulu guruku sering bawa rol panjang keliling kelas, ya mirip-mirip dengan yang kuhadapi ini siswanya. Tapi walaupun sempat menggugurkan hasratku menjadi guru. PPL kemarin menjadi pelajaran buatku mengajar sekarang. Semoga kita calon tenaga pengajar bis a menahan diri dan mencari solusi dari siswa yang kita hadapi, semoga saja.